Percepat Pemulihan Ekonomi Pascapandemi dengan Pemulihan Hijau
President University (PresUniv) yang tergabung dalam konsorsium Building Universities in Leading Disaster Resilience (BUiLD), menggelar webinar nasional Disaster Resilience: Sustainable Green Recovery from the Covid-19 Pandemic, Sabtu (12/11). Webinar ini dipandu oleh Filson Maratur Sidjabat, ST, MT, dosen Program Studi Teknik Lingkungan, PresUniv, dan menghadirkan dua pembicara yaitu Dr. Rissalwan Habdy Lubis, S.Sos,. M.Sc., Vice-Chair II IESA (klaster penelitian manajemen bencana), dan Ryan Auriol, CEO Narasea Indonesia dan Marine Guard Assistant Econusa Foundation.
Risallwan mencatat hingga Oktober 2021 di Indonesia terdapat tujuh bencana alam, seperti banjir, angin topan, tanah longsor, kebakaran hutan, gempa bumi, gelombang pasang, dan kekeringan. Untuk mengurangi dampak tersebut, menurut dia, perlu diterapkan Siklus Penanggulangan Bencana yang mencakup penanggulangan bahaya bencana, pemulihan, tindakan pencegahan untuk mengurangi dampak buruk, dan mempersiapkan langkah-langkah masa depan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup. “Pemerintah Indonesia perlu belajar dari negara lain yang dapat memperbaiki sistem ekonomi dan kesehatannya dengan cepat, agar tidak memperburuk keadaan jika terjadi bencana global yang mengharuskan semua aktivitas masyarakat dihentikan sementara,” kata Risaalwan.
Sementara itu, Ryan, seorang aktivis pemulihan lingkungan, khawatir dengan sampah yang dihasilkan selama pandemi Covid-19. Misalnya, tingginya penggunaan alat kesehatan sekali pakai seperti masker yang tidak cepat terurai akan menimbulkan masalah baru. Sehingga, lanjut Ryan, Indonesia perlu menerapkan green recovery yang meliputi beberapa tahapan, yaitu short term horizon (perbaikan sistem pelayanan kesehatan, penciptaan lapangan kerja, mendorong kegiatan ekonomi, bekerja tepat waktu), mid term horizon (multiplying go kegiatan hijau, memanfaatkan dana yang tersedia), dan keberlanjutan jangka panjang (mengembangkan potensi pertumbuhan jangka panjang, ketahanan terhadap bencana, dekarbonisasi dan pertumbuhan berkelanjutan). Ryan mengatakan, “Masih banyak masyarakat Indonesia yang tidak dapat menghindari risiko bencana karena keterbatasan sumber daya dan akses informasi. Jadi, pemerintah dan masyarakat harus bersinergi dalam mewujudkan green recovery di Indonesia.” (Lita Gabriella, tim Humas. Foto: Lita Gabriella).