Delapan perguruan tinggi dalam negeri tergabung dalam konsorsium tanggap bencana bernama Building Universities in Leading Disaster (BUiLD)
JAKARTA - Delapan perguruan tinggi dalam negeri tergabung dalam konsorsium tanggap bencana bernama Building Universities in Leading Disaster (BUiLD) sejak tahun 2019. Total ada 12 perguruan tinggi yang terlibat dalam konsorsium dengan tambahan empat perguruan tinggi luar negeri.
"Konsorsium ini dibentuk untuk mewujudkan perguruan tinggi yang tanggap bencana," ujar Project Lead Erasmus + BUiLD Resilience, Nadine Sulkowski, dalam Konferensi BUiLD Resilience 2023, di Jakarta, kemarin. Nadine menyebut empat universitas luar negeri dalam konsorsium yaitu University of Gloucestershire, Kobenhavns Professionshøjskole, Hafelekar, dan Instituto Politecnico do Porto. Konsorsium tersebut mengembangkan sejumlah gagasan salah satunya membentuk Center of Excellence on Disaster Resilience (CEDRS).
Dia menambahkan, delapan universitas dalam negeri yang terlibat yaitu President University, Universitas Andalas, Universitas Lambung Mangkurat, Universitas Khairun, Universitas Muhammadiyah, Universitas Ahmad Dahlan, dan Universitas Islam Indonesia. Nadine menyebut, pemilihan universitas tersebut memperhatikan proses kerja sama sebelumnya dan representasi dari wilayah Indonesia. Plt Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Kementerian Pendidikan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Sri Gunani Partiwi mengatakan, sebagai negara yang berada di jalur 'Cincin Api', Indonesia memiliki potensi terjadinya beberapa kerentanan, mulai dari kerentanan fisik, sosial budaya, ekonomi, hingga lingkungan. Terkait hal itu, perguruan tinggi disebut perlu turut berperan dalam membangun masyarakat yang memiliki ketahanan terhadap bencana.
Dia mengatakan, peran tersebut dapat diselaraskan dengan konsep Tri Dharma Perguruan Tinggi yang mencakup pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Menurutnya, perguruan tinggi dapat berperan menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten di bidang tersebut. "Yakni SDM yang memiliki ketahanan terhadap bencana dan mampu mereduksi dampaknya dengan memakai pendekatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ini baik sebelum, pada saat bencana, maupun sesudahnya," katanya. Dia mengatakan, peran lain yang juga dapat dijalankan oleh perguruan tinggi adalah menyediakan fasilitas riset dan infrastrukturnya. Perguruan tinggi dapat melakukan riset tentang kebencanaan, mengembangkan, dan menerapkannya melalui manajemen ilmu.
"Strategi tanggap bencana perguruan tinggi ini sudah masuk dalam Rencana Induk Riset Nasional (RIRN) 2017-2045. Dalam RIRN tersebut ada 10 area yang menjadi fokus, salah satunya adalah bencana," terangnya.