Meningkatkan Kesejahteraan Mental Mahasiswa S1 Selama Pandemi COVID-19
Ringkasan:
Penelitian ini dilakukan dalam konteks pandemi COVID-19 yang telah menjadi krisis global. Pandemi ini memiliki dampak yang signifikan terhadap kesejahteraan mental baik pada mahasiswa pria maupun wanita. Kesejahteraan mental dipengaruhi oleh trauma langsung dan tidak langsung serta persepsi risiko. Norma gender mengenai ekspresi emosi juga memiliki efek yang berbeda antara mahasiswa pria dan wanita. Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa kesejahteraan mental mahasiswa wanita cenderung mengalami perubahan positif setelah intervensi, sedangkan kesejahteraan mental mahasiswa pria mengalami perubahan negatif.
Penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa wanita lebih mampu mengungkapkan perasaan melalui tulisan ekspresif dibandingkan mahasiswa pria. Mahasiswa wanita menulis dengan lebih panjang dan menampilkan variasi emosi yang lebih banyak selama intervensi. Sementara itu, mahasiswa pria cenderung mengekspresikan pengalaman emosional yang lebih terbatas dibandingkan dengan mahasiswa wanita. Hal ini dapat terjadi karena pria umumnya tidak didorong untuk mengungkapkan emosi negatif seperti kesedihan dan kecemasan yang dianggap menunjukkan ketergantungan dan kelemahan.
Skor kesejahteraan mental pada pengukuran diri mahasiswa wanita secara signifikan lebih tinggi daripada mahasiswa pria. Melalui intervensi tulisan ekspresif, mahasiswa wanita mengalami lebih banyak perbaikan psikologis daripada mahasiswa pria.
Meskipun demikian, hasil penelitian menunjukkan bahwa intervensi tulisan ekspresif tidak memiliki pengaruh signifikan dalam meningkatkan kesejahteraan mental mahasiswa secara keseluruhan. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang telah dibahas sebelumnya, seperti faktor gender, tingkat adaptasi mahasiswa, ketidakpastian, keterbatasan akses komputer dan peralatan IT, serta beban tugas yang berlebihan.
Penting untuk dicatat bahwa adaptasi mahasiswa terhadap perubahan dalam sistem perkuliahan selama pandemi COVID-19, ketidakpastian situasi saat ini, serta keterbatasan akses komputer dan internet merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan mental mahasiswa. Beban tugas yang berlebihan juga dapat menjadi sumber stres yang berdampak pada kesejahteraan mental dan kinerja akademik mahasiswa.
Selain itu, penelitian ini juga menyoroti pentingnya emosi positif dalam meningkatkan kesejahteraan mental. Tulisan ekspresif dalam penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa lebih banyak mengekspresikan emosi positif seperti kebahagiaan dan rasa syukur daripada emosi negatif seperti kesedihan. Aktivitas bersyukur membantu individu mengingat kenangan yang bermakna dan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kesejahteraan. Selain itu, orang yang memiliki rasa syukur umumnya memiliki kesehatan yang lebih baik, baik secara mental maupun fisik.
Secara keseluruhan, penelitian ini menemukan tiga temuan utama. Pertama, baik pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen, mahasiswa wanita mengalami perubahan positif dalam skor kesejahteraan. Sementara itu, mahasiswa pria tidak mengalami perubahan positif. Kedua, rata-rata skor kesejahteraan mental pada kelompok kontrol sedikit meningkat dari 52,7 menjadi 52,8, sedangkan kelompok eksperimen mengalami peningkatan dari 53,1 menjadi 53,3. Ketiga, intervensi tulisan ekspresif tidak efektif dalam meningkatkan kesejahteraan mental secara signifikan. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menemukan intervensi yang lebih tepat dalam mengatasi masalah kesejahteraan mental mahasiswa selama pandemi COVID-19.