Sistem Manajemen dan Distribusi Logistik Kebencanaan: Studi Kasus untuk Penanganan Bencana Gempa Bumi di Halmahera Selatan
Bencana alam merupakan peristiwa yang tidak diinginkan dan sulit diprediksi kapan akan terjadi. Kabupaten Halmahera Selatan terletak di provinsi paling selatan Maluku Utara dan dikelilingi oleh empat zona gempa bumi, yaitu Sesar Halmahera Thrust, Sesar Sorong-Sula, Sesar Sorong-Maluku, dan Sesar Sorong-Bacan. Fase manajemen bencana meliputi prediksi, peringatan, bantuan darurat, dan rekonstruksi. Manajemen logistik menuju Halmahera Selatan dalam keadaan normal sebelum terjadinya bencana atau setelah bencana selalu melalui pintu gerbang utama, yaitu tingkat provinsi. Provinsi memiliki tanggung jawab, tugas, dan wewenang di wilayahnya sebagai titik kontak utama untuk operasional yang mengatur dan mendistribusikan logistik ke kabupaten-kabupaten terdekat.
Pada kondisi normal sebelum terjadinya bencana, pasokan logistik menuju Halmahera Selatan didistribusikan melalui pesawat atau kapal laut yang sering digunakan untuk mengangkut barang dan penumpang. Pesawat digunakan untuk mendistribusikan logistik yang masih memungkinkan melalui moda transportasi udara, sementara kapal laut digunakan untuk mendistribusikan logistik dalam jumlah besar. Kapal laut ini beroperasi 2-3 kali dalam seminggu dengan rute Ternate-Bacan, karena pelabuhan terbesar di Halmahera Selatan berada di Bacan. Setelah mencapai Bacan, pasokan logistik ditampung di gudang-gudang yang nantinya akan didistribusikan ke setiap desa yang membutuhkan. Proses pendistribusian logistik dilakukan melalui transportasi darat atau laut (kapal kayu atau kapal cepat) ke desa-desa terpencil yang belum memiliki infrastruktur jalan yang memadai.
Pada tanggal 14 Juli 2019, terjadi gempa bumi dengan kekuatan 7,2 skala Richter yang merusak 971 rumah, menewaskan 4 orang, dan melukai 51 orang. Setelah terjadinya gempa, kondisi sekitar menjadi hancur, masyarakat kesulitan mendapatkan air bersih, makanan, pakaian, dan kebutuhan lainnya. Pada kondisi seperti ini, pasokan listrik terputus, sehingga alat komunikasi tidak dapat digunakan. Pasokan logistik yang telah disiapkan sebelumnya akan segera didistribusikan ke lokasi bencana, yaitu posko utama. Namun, dalam proses pendistribusian logistik bantuan untuk bencana ini seringkali ditemui beberapa kendala, seperti keterlambatan pasokan logistik kepada masyarakat, ketidakmerataan pendistribusian logistik di beberapa desa, dan jumlah pasokan logistik yang tidak mencukupi kebutuhan masyarakat di lokasi bencana.
Dalam menghadapi kendala-kendala tersebut, diharapkan pihak pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan instansi terkait lainnya dapat mengevaluasi pendistribusian logistik pasca bencana di setiap daerah dan melakukan perbaikan di sektor-sektor yang kinerjanya belum maksimal. Perbaikan dan optimalisasi manajemen bencana perlu dilakukan sesuai dengan peraturan yang telah ada. Selain itu, pemerataan dalam distribusi logistik juga perlu dievaluasi dan diperbaiki agar sistem penyaluran tepat waktu. Pengadaan logistik khususnya logistik kebencanaan harus diperhatikan, terutama di daerah terpencil yang belum memiliki infrastruktur transportasi yang memadai.
Dengan melakukan evaluasi dan perbaikan terhadap sistem manajemen dan distribusi logistik kebencanaan, diharapkan penanganan bencana gempa bumi di Halmahera Selatan dapat lebih efektif dan efisien. Selain itu, upaya pemerataan distribusi logistik di setiap desa serta peningkatan jumlah pasokan logistik yang memadai akan sangat membantu masyarakat dalam menghadapi bencana dan memulihkan kondisi setelah bencana.