Pemberdayaan Remaja Masjid di masa pandemi Covid-19 melalui workshop dan simulasi Konseling Sebaya
Pendahuluan:
Pandemi Covid-19 telah membatasi mobilitas individu, termasuk remaja. Remaja yang seharusnya bebas untuk bersosialisasi dan berinteraksi, kini terbatas pada ruang online. Mereka sibuk dengan pembelajaran online yang membuat mereka lebih sibuk di dunia maya daripada di dunia nyata. Situasi ini tidak hanya menimbulkan kebosanan, tetapi juga berdampak pada kesehatan mental remaja, sehingga mereka membutuhkan teman sebaya yang dapat membantu mengatasi masalah yang mereka hadapi. Studi kasus ini bertujuan untuk menguji efektivitas metode workshop dan simulasi sebagai sarana pemberdayaan remaja masjid dalam meningkatkan keterampilan konseling sebaya selama pandemi Covid-19. Pendekatan penelitian ini menggabungkan metode kuantitatif dan kualitatif atau metode campuran. Metode pengumpulan data meliputi observasi, wawancara terstruktur, pretest, dan posttest. Responden dalam studi ini adalah remaja masjid yang berjumlah 22 orang. Data kuantitatif dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dan teknik frekuensi, sedangkan data kualitatif dianalisis menggunakan teknik Miles dan Huberman yang meliputi reduksi data, verifikasi data, dan penyajian data.
Hasil:
Temuan dari studi ini menunjukkan peningkatan pengetahuan dan kompetensi pada remaja masjid setelah mengikuti rangkaian workshop dan program konseling sebaya. Hasil posttest menunjukkan bahwa 87% responden memiliki pemahaman yang baik tentang konsep-konsep konseling setelah mengikuti workshop. Selama simulasi, para peserta mampu melaksanakan konseling sebaya dengan baik sesuai dengan panduan yang diberikan.
Efektivitas Metode Workshop dan Simulasi:
Metode workshop dan simulasi terbukti efektif dalam meningkatkan pemahaman peserta tentang konseling sebaya. Temuan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Risana dkk. (2019), yang menunjukkan bahwa workshop dapat meningkatkan pemahaman peserta terhadap materi yang disampaikan. Dalam studi ini, peserta workshop masih mampu mengingat langkah-langkah konseling sebaya, meskipun sudah dua bulan sejak workshop tersebut dilaksanakan. Selain itu, peserta juga berhasil mempraktikkan keterampilan konseling sebaya dengan baik pada tahap simulasi. Metode workshop terbukti meningkatkan antusiasme peserta, yang pada gilirannya memberikan dampak positif pada seluruh rangkaian program, termasuk workshop konseling sebaya (Gani & Gani, 2020). Sementara itu, pembelajaran dengan menggunakan metode simulasi diketahui dapat mencapai hasil yang maksimal (Wiharto, 2018). Dalam kegiatan pemberdayaan remaja masjid ini, simulasi digunakan untuk menilai kemajuan