ARTIKEL: EVALUASI PENERAPAN SISTEM KESELAMATAN KEBAKARAN PADA GEDUNG-GEDUNG UMUM DI KOTA PAYAKUMBUH
Pendahuluan:
Gedung-gedung umum seperti rumah sakit dan gedung kantor merupakan contoh gedung dengan tingkat aktivitas yang tinggi yang melibatkan berbagai kegiatan yang dapat menimbulkan bahaya kebakaran. Salah satu upaya untuk mencegah terjadinya kebakaran pada gedung-gedung tersebut adalah dengan menyediakan sistem keselamatan kebakaran yang baik. Oleh karena itu, diperlukan evaluasi penerapan sistem keselamatan kebakaran dengan mengacu kepada pedoman pemeriksaan keselamatan kebakaran pada bangunan gedung (Pd-T-11-2005-C) yang dikeluarkan oleh Badan Litbang PU. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi keandalan sistem keselamatan bangunan terhadap bahaya kebakaran di gedung-gedung umum di Kota Payakumbuh dengan mengambil contoh tiga gedung fasilitas umum. Metode penelitian yang digunakan adalah observasi gedung dengan mengacu pada pedoman pemeriksaan keselamatan kebakaran pada bangunan gedung dan wawancara dengan pengelola gedung. Pengolahan data menggunakan metode kuantitatif untuk mengukur nilai keandalan sistem keselamatan bangunan (NKSKB) terhadap bahaya kebakaran berdasarkan buku pedoman (Pd-T-11-2005-C). Hasil penelitian menunjukkan bahwa NKSKB pada gedung Rumah Sakit (A1) sebesar 81,81%, termasuk dalam kategori baik (B), gedung kantor pemerintahan (A2) sebesar 68,05%, termasuk dalam kategori cukup (C), dan gedung kantor organisasi perangkat daerah (A3) sebesar 59,19%, termasuk dalam kategori kurang (K).
Diskusi:
Penelitian ini melakukan observasi dan perhitungan untuk mengevaluasi keandalan sistem keselamatan bangunan terhadap bahaya kebakaran pada ketiga gedung yaitu gedung rumah sakit (A1), gedung kantor A2, dan gedung kantor A3. Hasil penelitian menunjukkan:
1. Tingkat keandalan sistem proteksi kebakaran pada gedung rumah sakit (A1) secara keseluruhan berada dalam kondisi baik (B) dengan NKSKB sebesar 81,81%. Tingkat keandalan sistem proteksi kebakaran pada gedung kantor pemerintahan (A2) secara keseluruhan berada dalam kondisi cukup (C) dengan NKSKB sebesar 68,05%. Sedangkan tingkat keandalan sistem proteksi kebakaran pada gedung kantor organisasi perangkat daerah (A3) berada dalam kondisi kurang (K) dengan NKSKB sebesar 59,19%.
2. Terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil NKSKB untuk ketiga gedung tersebut, terutama pada komponen sistem proteksi aktif. Gedung rumah sakit (A1) memiliki nilai kondisi sistem proteksi aktif sebesar 17,04%, gedung kantor A2 sebesar 10,13%, sedangkan gedung kantor A3 memiliki nilai kondisi terendah yaitu 2,93% karena tidak tersedianya sebagian besar sub-komponen sistem proteksi aktif yang disebabkan oleh keterbatasan anggaran.
3. Rekomendasi untuk gedung rumah sakit (A1) adalah perlu dilengkapi beberapa sub-komponen pada sistem proteksi aktif dan sistem proteksi pasif oleh pengelola gedung untuk meningkatkan nilai keandalan sistem keselamatan bangunan secara keseluruhan. Selanjutnya, untuk gedung kantor A2 dengan nilai cukup (C) dan gedung kantor A3 dengan nilai kurang (K), pengelola gedung perlu melengkapi beberapa komponen seperti kelengkapan tapak, sistem proteksi aktif, dan sistem proteksi pasif untuk mengembalikan kondisi gedung menjadi baik (B).
Kesimpulan:
Penelitian ini melakukan evaluasi penerapan sistem keselamatan kebakaran pada gedung-gedung umum di Kota Payakumbuh. Temuan penelitian menunjukkan variasi keandalan sistem keselamatan bangunan yang berbeda-beda antara gedung yang satu dengan yang lain. Rekomendasi telah diberikan untuk meningkatkan langkah-langkah keselamatan kebakaran berdasarkan hasil evaluasi. Namun, terdapat keterbatasan dalam melakukan pengecekan langsung terhadap fungsi perangkat proteksi kebakaran karena kebijakan pengelola gedung. Oleh karena itu, dilakukan validasi data melalui wawancara dengan pengelola gedung terkait. Disarankan agar penelitian selanjutnya menyediakan klasifikasi yang lebih rinci untuk kriteria penilaian setiap sub-komponen gedung guna memastikan evaluasi yang akurat sesuai dengan kelas dan fungsi bangunan. Hal ini akan memudahkan dalam penilaian dan analisis data secara lebih tepat sesuai dengan kelas bangunan yang diaudit.