Mewujudkan Desa Tanggap Bencana Melalui Perencanaan Pembangunan Jangka Menengah: Studi Kasus Desa Paku
Pada era pembangunan saat ini, perencanaan yang matang sangat penting dalam upaya mencapai tujuan pembangunan yang efektif dan berkelanjutan. Hal ini juga berlaku untuk pembangunan di tingkat desa, di mana perencanaan yang baik dapat membantu desa dalam menghadapi tantangan bencana dengan lebih tanggap dan efisien. Salah satu instrumen perencanaan yang penting adalah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDES), yang memberikan panduan dalam upaya pembangunan desa baik secara fisik maupun nonfisik.
Desa Paku, sebagai studi kasus dalam penelitian ini, telah menyusun RPJMDES untuk mewujudkan desa yang tanggap terhadap bencana. Sesuai dengan peraturan yang berlaku, RPJMDES disusun untuk jangka waktu 6 tahun dan menjadi acuan dalam perencanaan pembangunan desa. Dalam penyusunan RPJMDES, desa Paku menggunakan metode diskusi sebagai sarana untuk bertukar pikiran dan mencapai kesepakatan antara aparatur desa.
Tahapan awal dalam penyusunan RPJMDES adalah tahap persiapan. Tim penyusun RPJMDES Desa Paku, yang dipimpin oleh Kepala Desa Paku dan Ketua Tim Penyusunan RPJMDES, Bapak Kusnadiansyah, melakukan diskusi di Kantor Kepala Desa. Diskusi ini bertujuan untuk membahas langkah-langkah konkret dalam mewujudkan desa yang tanggap bencana.
Dalam diskusi tersebut, beberapa hal penting dibahas. Pertama, adalah penentuan langkah-langkah konkret dalam menghadapi bencana. Desa Paku mengidentifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi di wilayah mereka, seperti banjir, tanah longsor, atau kebakaran hutan, dan merumuskan tindakan yang perlu diambil untuk menghadapi setiap jenis bencana tersebut. Misalnya, membangun tanggul atau saluran drainase untuk mengurangi risiko banjir, atau melakukan kampanye kesadaran tentang pencegahan kebakaran hutan.
Selain itu, diskusi juga mencakup penentuan alokasi anggaran yang tepat untuk program-program tanggap bencana. Desa Paku membahas cara mengalokasikan dana desa secara efisien untuk mendukung upaya pencegahan, mitigasi, dan pemulihan bencana. Ini melibatkan penentuan prioritas program dan penggunaan sumber daya yang tersedia dengan bijaksana.
Beberapa poin yang dibahas dalam diskusi tersebut antara lain adalah kegiatan penanggulangan bencana, penanganan keadaan darurat, dan penanganan kegiatan mendesak. Dalam RPJM Desa Paku, anggaran sekitar Rp. 50.000.000 dialokasikan untuk kegiatan penanggulangan bencana, sedangkan anggaran sekitar Rp. 8.882.573 dan Rp. 4.003.070 dialokasikan untuk penanganan keadaan darurat dan kegiatan mendesak.
Secara keseluruhan, tahap awal dalam penyusunan RPJM Desa adalah melakukan persiapan dan mengundang tim penyusun RPJM Desa untuk melakukan diskusi. Selain itu, materi mengenai desa tanggap bencana juga disiapkan. Meskipun Desa Paku belum pernah mengalami bencana alam yang besar, diskusi penyusunan RPJM Desa ini penting sebagai langkah preventif agar desa dapat tanggap dan siap menghadapi bencana alam yang mungkin terjadi di masa depan. Penyusunan RPJM Desa juga melibatkan alokasi anggaran untuk kegiatan penanggulangan bencana, penanganan keadaan darurat, dan kegiatan mendesak.
Diskusi juga memberikan ruang bagi partisipasi aktif dari masyarakat desa. Masyarakat dilibatkan dalam proses perencanaan, termasuk dalam identifikasi risiko bencana, pengumpulan data, dan perumusan rencana aksi. Hal ini penting agar kebijakan dan program yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat, serta meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana.
Dalam diskusi, Kepala Desa Paku memberikan keterangan mengenai daftar rencana pembangunan sarana dan prasarana. Hal ini menunjukkan bahwa diskusi penyusunan RPJM Desa melibatkan pemangku kepentingan dan mempertimbangkan aspek fisik desa sebagai bagian dari perencanaan pembangunan.
Hasil dari diskusi penyusunan RPJMDES Desa Paku diharapkan mampu menciptakan desa yang tanggap bencana. Dengan memiliki rencana yang terstruktur dan terarah, desa dapat lebih siap dalam menghadapi ancaman bencana serta mengurangi kerentanan terjadinya bencana. Selain itu, dengan melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan, diharapkan masyarakat dapat lebih memahami pentingnya kesiapsiagaan dan berkontribusi secara aktif dalam upaya pencegahan dan penanggulangan bencana.
Selain penyusunan RPJMDES, implementasi rencana tersebut juga menjadi hal yang krusial. Desa Paku perlu melibatkan semua stakeholder yang terkait, termasuk perangkat desa, masyarakat, dan lembaga terkait, dalam melaksanakan program-program tanggap bencana yang telah direncanakan. Selain itu, pemantauan dan evaluasi secara berkala juga penting guna memastikan bahwa tujuan dan target yang telah ditetapkan dalam RPJMDES tercapai.
Desa Paku menjadi contoh inspiratif bagi desa-desa lain dalam menghadapi tantangan bencana. Dengan memiliki RPJMDES yang solid dan melibatkan partisipasi aktif masyarakat, desa dapat menjadi lebih tanggap terhadap bencana serta memiliki strategi yang efektif dalam pencegahan dan penanggulangan bencana. Hal ini menjadi langkah penting dalam menjaga keselamatan dan kesejahteraan masyarakat desa di masa depan.
Dalam menghadapi perubahan iklim dan meningkatnya risiko bencana, upaya pembangunan desa yang tanggap bencana tidak boleh diabaikan. Perencanaan yang matang dan implementasi yang baik akan menjadi kunci dalam mencapai desa yang tangguh dan mampu mengurangi dampak bencana. Melalui diskusi penyusunan RPJMDES, desa-desa di seluruh Indonesia dapat mengadopsi pendekatan yang serupa dan mendorong pembangunan yang berkelanjutan dan tanggap terhadap bencana.