Pelatihan Pembuatan Tempat Sampah Komposter untuk Pengolahan Sampah Organik Rumah Tangga
Pengelolaan sampah di rumah tangga dapat diubah menjadi sumber daya dan memberikan keuntungan bagi pengelolanya. Salah satu cara yang efektif untuk mengelola sampah organik adalah dengan mengubahnya menjadi pupuk cair dengan menggunakan tong komposter yang dapat digunakan secara mandiri oleh rumah tangga. Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk mengedukasi rumah tangga tentang cara menggunakan tong kompos secara efektif. Pelatihan yang dilakukan adalah dengan mengajarkan cara membuat tong pengomposan dan tata cara mengubah sampah organik menjadi pupuk cair. Kegiatan ini dilaksanakan di sebuah kawasan perumahan di Cikarang, Kabupaten Bekasi, dengan jumlah peserta sebanyak 45 orang. Pelatihan satu hari ini dimulai dengan pengarahan tentang pembentukan organisasi pengelolaan sampah di tingkat RT, diikuti dengan sesi praktik langsung di mana para peserta belajar membuat tempat sampah kompos bersama-sama. Mayoritas peserta adalah ibu rumah tangga yang berusia antara 40-45 tahun (40%), dengan latar belakang pendidikan SMA (64%). Selama pelatihan, satu tempat sampah kompos berhasil dibuat dengan menggunakan wadah daur ulang yang dibeli dari pedagang barang bekas. Pelatihan ini diharapkan dapat mengedukasi para ibu rumah tangga tentang cara mengelola sampah organik secara efektif dengan mengubahnya menjadi pupuk cair, yang juga dapat meningkatkan pendapatan mereka karena memiliki nilai ekonomis.
Pendahuluan
Pengelolaan sampah menjadi semakin penting dalam menghadapi timbulan sampah yang terus meningkat. Praktik pengelolaan sampah tradisional, seperti pendekatan "Kumpul-Angkut-Buang", berkontribusi terhadap penumpukan sampah yang tidak dikelola dengan baik di TPA. Pada tahun 2020, dilaporkan bahwa total sampah yang dihasilkan di Indonesia mencapai 36.981.921,88 ton, dengan jumlah penduduk sekitar 270,20 juta jiwa. Hal ini berarti rata-rata timbulan sampah harian sebesar 0,375 kg per orang. Menurut data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional, 54% dari sampah yang dihasilkan adalah sampah organik, yang mengindikasikan bahwa sampah organik mendominasi komposisi sampah. Meningkatnya timbulan sampah merupakan tren yang memprihatinkan sehingga perlu adanya penerapan praktik pengelolaan sampah yang efektif.
Sampah organik, jika dikelola dengan baik, memiliki nilai ekonomi yang signifikan. Namun, potensi ekonomi dari sampah organik belum sepenuhnya disadari dalam praktik pengelolaan sampah. Selain itu, mengelola sampah organik secara efektif dapat meningkatkan kesadaran lingkungan dan mendorong kemandirian ekonomi bagi masyarakat. Salah satu contoh pengelolaan sampah organik adalah konversi sampah organik menjadi pupuk cair dan kompos. Chicago telah berhasil menerapkan strategi pengomposan terdesentralisasi untuk mengelola sampah organik. Proses pengomposan tradisional membutuhkan lahan yang luas dan sering mengeluarkan bau yang tidak sedap, sehingga membatasi penerapannya secara luas. Untuk meningkatkan daya tarik teknologi pengomposan, penting untuk menciptakan nilai ekonomi dengan memanfaatkan dan menjual pupuk cair yang dihasilkan.
Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang dilakukan sebelum proyek ini, terlihat bahwa kesadaran masyarakat akan pengomposan terdesentralisasi sebagai solusi pengelolaan sampah masih terbatas. Masyarakat di daerah target mengandalkan praktik pengelolaan sampah yang sudah ketinggalan zaman, mengumpulkan dan membuang sampah tanpa menyadari potensi ekonomi dari produk sampah. Selain itu, masyarakat memiliki pengetahuan yang terbatas tentang praktik pengomposan yang dapat diterapkan di tingkat rumah tangga. Oleh karena itu, sebuah program pelatihan diinisiasi untuk meningkatkan kesadaran dan memberikan pengetahuan praktis kepada masyarakat. Dengan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan sampah untuk kelestarian lingkungan, pelatihan ini bertujuan untuk memotivasi dan memberdayakan masyarakat untuk mengelola sampah mulai dari rumah tangga mereka sendiri.
Program pelatihan ini menyasar ibu-ibu rumah tangga karena mereka berperan aktif dalam mengelola sampah rumah tangga. Dengan keterlibatan mereka, mereka dapat mempengaruhi anggota keluarga lainnya dan bertindak sebagai agen perubahan dalam komunitas mereka. Pelatihan dimulai dengan pengenalan tentang konsekuensi jangka panjang dari pengelolaan sampah yang tidak tepat. Para peserta diberikan edukasi mengenai pemisahan sampah organik dan anorganik, diikuti dengan demonstrasi proses pengomposan sederhana dengan menggunakan tempat sampah. Tempat sampah pengomposan dirancang agar ukurannya dapat disesuaikan dengan mudah dan tertutup untuk meminimalisir bau. Dengan mengatasi masalah ketersediaan lahan yang terbatas dan bau, hambatan dalam menerapkan teknologi pengomposan dapat diatasi.
Program ini bertujuan untuk mencapai tujuan sebagai berikut: (1) Meningkatkan kesadaran di kalangan ibu rumah tangga tentang pentingnya memisahkan sampah organik dan anorganik di rumah; (2) Memberikan pengetahuan tentang pembuatan tempat pengomposan yang dapat digunakan untuk menghasilkan pupuk cair dan humus; (3) Mendorong ibu-ibu rumah tangga untuk secara kolektif mengelola sampah rumah tangga organik.
Tahap Implementasi
Program ini dimulai dengan kunjungan ke Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes) di Cikarang, di mana pengelolaan sampah dengan menggunakan tempat sampah kompos sudah diterapkan. Kunjungan ini memberikan wawasan yang berharga tentang pembangunan dan penerapan tempat sampah kompos di masyarakat. Selain itu, pendekatan juga dilakukan kepada warga RW 8, RW 9, dan RW 10 di Perumahan Cikarang Baru, yang merupakan target peserta pelatihan pengelolaan sampah menggunakan tempat sampah kompos. Informasi awal dikumpulkan dari warga mengenai tantangan yang mereka hadapi dan langkah-langkah yang telah mereka lakukan dalam mengelola sampah rumah tangga (Gambar 3). Berdasarkan masalah yang teridentifikasi, program pelatihan diusulkan kepada ibu-ibu rumah tangga di perumahan tersebut.
Pelatihan pengelolaan sampah dengan menggunakan tempat sampah kompos dilaksanakan pada hari Selasa, 23 April 2019, di teras Masjid Darussalam di Jalan Kedasih, Perumahan Cikarang Baru. Sesi pelatihan dimulai pada pukul 9 pagi dan berakhir pada pukul 12 siang, dengan total peserta 45 orang yang sebagian besar terdiri dari ibu-ibu rumah tangga.
Kesimpulan
Pelaksanaan program pelatihan yang bertujuan untuk mengedukasi ibu-ibu rumah tangga mengenai pengelolaan sampah dengan menggunakan tempat sampah kompos menunjukkan hasil yang positif. Program ini berhasil meningkatkan kesadaran di kalangan ibu rumah tangga tentang pentingnya memisahkan sampah organik dan anorganik di rumah. Para peserta memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam membuat tempat sampah pengomposan, yang memungkinkan mereka untuk menghasilkan pupuk cair dan humus. Dengan melibatkan ibu-ibu rumah tangga secara aktif dalam pengelolaan sampah, program ini bertujuan untuk mendorong perubahan positif di dalam keluarga mereka dan lingkungan sekitarnya. Inisiatif pelibatan masyarakat ini diharapkan dapat berkontribusi pada peningkatan praktik pengelolaan sampah dan meningkatkan kelestarian lingkungan.