Studi Tentang Kapasitas Sosial dalam Pengembangan Tanjung Lesung sebagai Destinasi Wisata Berkelanjutan
Tanjung Lesung merupakan salah satu destinasi wisata yang sedang berkembang dan telah menyiapkan infrastruktur untuk aksesibilitas. Lokasinya berada di desa Tanjung Jaya yang merupakan daerah pertanian dengan mayoritas penduduk yang menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian. Perubahan mata pencaharian utama masyarakat dari sektor pertanian ke industri pariwisata membutuhkan pengembangan dan bantuan kepada masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang aspek sosial-ekonomi masyarakat Tanjung Lesung serta melihat perkembangan pariwisata di daerah tersebut. Metode kualitatif digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode pengambilan sampel yang sengaja dilakukan, wawancara, dan observasi. Hasil pengamatan lapangan menunjukkan bahwa masyarakat Tanjung Lesung merupakan masyarakat pertanian yang mulai beralih ke bisnis pariwisata. Masyarakat telah mencoba memulai usaha di industri pariwisata, terutama dengan dukungan dari Cikadu Edutourism Center.
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung merupakan KEK Pariwisata pertama dari 10 KEK di Indonesia yang diresmikan oleh Presiden Jokowi dan telah beroperasi sejak Februari 2015. Menurut PP No 26/2012, Tanjung Lesung merupakan bagian dari pembangunan ekonomi dalam negeri pemerintah pusat. Banyak arena atraksi baru seperti taman tema, marina, dan atraksi lainnya akan dibangun di lahan seluas 1500 hektar yang dapat diakses melalui jalan tol, bandara, dan laut. Presiden langsung mengarahkan percepatan aksesibilitas dari Jakarta ke Tanjung Lesung dengan membangun jalan tol baru, Serang-Panimbang sepanjang 84 km. Bagian 1 direncanakan akan beroperasi pada akhir 2021 dengan jalan tol sepanjang 26,5 km, dan diperkirakan pada tahun 2022 jalan tol tersebut akan dibuka hingga Panimbang. Diperkirakan hanya membutuhkan waktu 2 jam untuk perjalanan dari Jakarta ke Tanjung Lesung. KEK Tanjung Lesung berada di wilayah desa Tanjung Jaya yang termasuk dalam kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten (BPS, 2016). Tanjung Lesung adalah daerah pesisir di pantai barat pulau Jawa yang sudah terkenal dengan pariwisatanya, seperti pantai Anyer, pantai Labuan, dan pantai Carita. Potensinya untuk dikembangkan cukup besar karena distribusi penduduk Indonesia sebagian besar terpusat di bagian barat pulau Jawa dan Provinsi Banten. Selain itu, lokasinya yang dekat dengan ibu kota negara, DKI Jakarta. Jababeka saat ini sedang membangun hotel, pusat budaya Mongolia, dan lapangan golf dengan proyek-proyek lain yang akan datang di masa depan. Tanjung Lesung juga menjadi titik awal yang populer bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke Taman Nasional Ujung Kulon dan Pulau Krakatau (Kismartini, 2020).
Pengembangan Tanjung Lesung sebagai destinasi pariwisata perlu direncanakan secara berkelanjutan. Dalam merumuskan strategi pengembangan Tanjung Lesung, rencana tindakan pariwisata berkelanjutan dapat diintegrasikan dengan metodologi kapasitas muat pariwisata. Kapasitas muat sosial berdasarkan Peraturan No 10 tahun 1992 adalah kemampuan manusia dan kelompok populasi yang berbeda untuk hidup bersama sebagai satu masyarakat secara harmonis, seimbang, teratur, dan aman. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas muat sosial adalah kemampuan masyarakat untuk hidup bersama dan dapat meningkatkan kemampuan sosial-ekonomi mereka. Ada tiga hal penting dalam masyarakat, yaitu kemampuan manusia dalam masyarakat, interaksi, dan efek kemampuan terhadap interaksi (Faturochman & Widyaningrum, 1993). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran tentang aspek sosial-ekonomi masyarakat Tanjung Lesung serta melihat perkembangan pariwisata di Tanjung Lesung.
Menurut Saveriades (2000), kapasitas muat sosial adalah jumlah penggunaan terbesar yang dapat diserap oleh suatu daerah tanpa mengakibatkan penurunan kualitas pengalaman bagi wisatawan atau memiliki pengaruh yang merugikan bagi masyarakat setempat. Dua komponen dari kapasitas muat sosial adalah:
-
Kualitas pengalaman yang dapat diterima oleh wisatawan sebelum mencari destinasi alternatif (kapasitas psikologis wisatawan).
-
Toleransi penduduk setempat terhadap keberadaan wisatawan (kapasitas psikologis penduduk setempat).
Penelitian ini dilakukan di desa Tanjung Jaya, Provinsi Banten. Populasi penelitian ini adalah masyarakat di wilayah Tanjung Lesung dan sampelnya ditentukan secara sengaja. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan wawancara. Terdapat 3 informan yang dijadikan sebagai sampel dalam pengumpulan data. Salah satunya berasal dari Cikadu Edutourism, satu orang dari produsen kerajinan bambu, dan yang terakhir adalah seorang pengrajin kayu. Metode lain yang digunakan dalam pengumpulan data adalah observasi. Observasi dilakukan selama kurang lebih 4 hari. Para peneliti tinggal di tengah masyarakat dan bergabung dalam kegiatan sehari-hari mereka. Data kemudian dianalisis secara deskriptif untuk menunjukkan kapasitas muat sosial masyarakat Tanjung Lesung.
Dalam mengembangkan destinasi pariwisata, kapasitas muat akan mendukung fasilitas yang ditawarkan oleh lingkungan secara fisik maupun sosial. Penelitian yang dilakukan oleh Ye, Jaepil, Fen, dan Xihua (2020) menciptakan sistem indikator peringatan dini untuk kapasitas muat pariwisata dari tiga aspek, yaitu alam, ekonomi, dan sosial. Mereka menemukan bahwa status peringatan dini kapasitas muat pariwisata di kota pulau China umumnya meningkat. Sistem kapasitas muat alam dalam status peringatan dini mengalami penurunan, berada dalam interval peringatan yang parah. Kapasitas muat ekonomi dan kapasitas muat sosial mengalami peningkatan, dengan tingkat peringatan dari sangat parah menjadi parah, kemudian menjadi peringatan sedang. Indeks peringatan dini dari 2019 hingga 2020 untuk perkiraan keseluruhan kapasitas muat pariwisata menunjukkan tren naik dan interval peringatan sedang. Sesuai dengan kontribusi subsistem terhadap sistem keseluruhan, kota-kota pulau China menunjukkan perbedaan regional di wilayah utara, tengah, dan selatan, dengan menunjukkan dua bentuk kota tekanan dan kota kapasitas muat.
Di Desa Tanjung Jaya, sebagian masyarakat sudah menjalankan bisnis pariwisata dan mendapatkan keuntungan meskipun bukan sebagai pendapatan utama mereka. Sektor pertanian masih menjadi pendapatan utama, dan bisnis pariwisata hanya sebagai sampingan. Aktivitas pertanian membangun interaksi yang stabil dan berkelanjutan dalam masyarakat. Bentuk interaksi sosial juga dapat dilihat dari sudut pandang hubungan kerja. Pola hubungan kerja yang seringkali dichotomous adalah kerjasama dan persaingan. Dinamika hubungan dalam setiap bentuk interaksi tentunya berbeda. Kerjasama menekankan harmoni hubungan kerja, sedangkan hubungan persaingan mengikuti aturan permainan yang tidak menekankan harmoni hubungan sosial-emosional, tetapi hasil yang dapat dicapai oleh pihak yang lebih unggul. Selama ini ada hipotesis yang menyatakan bahwa harmoni sosial lebih sulit dicapai dalam pola hubungan persaingan (Faturochman & Widyaningrum, 1993). Namun, perlu dianalisis kembali apakah pendapat ini berlaku. Dengan munculnya tren pola hubungan yang semakin kompetitif, perlu diteliti apakah hal ini juga menciptakan dampak sosial yang semakin negatif.
Menunjukkan potensi dan keuntungan yang menjanjikan dari sektor pariwisata yang dikombinasikan dengan kegiatan pertanian dapat membuka wawasan masyarakat di zona lindung KEK Tanjung Lesung. Beberapa kegiatan pariwisata yang berpotensi dapat dikembangkan dari kegiatan pertanian, seperti kegiatan pertanian organik dan kegiatan pertanian rawa. Masyarakat di daerah ini sudah terbiasa menjalankan kegiatan pertanian, dan dengan meningkatkan dan menambah nilai berkelanjutan, kegiatan ini dapat menjadi kegiatan pariwisata.
Dari penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa masyarakat di wilayah buffer KEK Tanjung Lesung memiliki kesadaran untuk berbisnis di industri pariwisata. Bahkan, pergeseran mata pencaharian dari pertanian ke industri pariwisata sudah berjalan dengan baik. Namun, diperlukan pelatihan dan pembinaan dari pihak lain untuk meningkatkan efisiensi dan meningkatkan keuntungan. Selain itu, nilai-nilai sosial di antara masyarakat cukup kuat untuk menyatukan mereka dan meningkatkan kerjasama di antara mereka meskipun upaya pemberdayaan dan bantuan masih sangat dibutuhkan. Untuk penelitian selanjutnya, peneliti menyarankan untuk melakukan investigasi yang membandingkan destinasi untuk mengeksplorasi faktor-faktor yang mempengaruhi dampak, baik positif maupun negatif, pariwisata terhadap kehidupan penduduk di kondisi yang berbeda.