Meningkatkan Metode Pembelajaran dalam Mata Kuliah Kebencanaan: Persepsi Mahasiswa dan Dosen
Mata kuliah kebencanaan memainkan peran penting dalam membekali mahasiswa dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk merespons dan mengurangi dampak bencana secara efektif. Namun, efektivitas metode pembelajaran yang digunakan dalam mata kuliah ini sangat penting untuk memastikan hasil pembelajaran yang optimal. Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Muttaqin Alim, Nurul Qomariyah, dan Afifah Khoiru Nisa dari Universitas Ahmad Dahlan ini bertujuan untuk mengevaluasi persepsi mahasiswa dan dosen tentang metode pembelajaran yang digunakan dalam mata kuliah Kebencanaan. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif kualitatif cross-sectional, dengan menggunakan diskusi kelompok terarah (FGD) untuk mengumpulkan wawasan dari dua puluh mahasiswa dan delapan dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Ahmad Dahlan.
Persepsi yang Berbeda:
Temuan dari penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan persepsi antara mahasiswa dan dosen. Mahasiswa menilai metode pembelajaran kurang efektif, terutama karena peran pasif mereka dalam proses pembelajaran. Mereka menyatakan perlunya keterlibatan yang lebih aktif dan pendekatan partisipatif di dalam kelas. Di sisi lain, penilaian dosen terhadap efektivitas metode pengajaran mereka bervariasi, dipengaruhi oleh kemampuan mereka untuk mengajar kelas besar secara efektif.
Menuju Pembelajaran yang Berpusat pada Mahasiswa:
Untuk mengatasi tantangan yang diidentifikasi dalam penelitian ini, sangat penting untuk beralih dari pendekatan yang berpusat pada guru ke pendekatan yang berpusat pada siswa dalam pendidikan bencana. Program pembelajaran harus dirancang untuk berfokus pada aktivitas siswa, seperti diskusi, pembelajaran mandiri, penyelidikan mandiri, seminar, dan metode pembelajaran aktif lainnya. Menerapkan pendekatan yang berpusat pada siswa dapat mengikuti kerangka kerja SPICES (Student-centered, Problem-based, Integrated and Community-based, Elective/Early Clinical Exposure, Systematic) (Dent JA & Harden RM, 2013; AttardA, 2010; Vavrus F, dkk., 2011).
Merevitalisasi Lingkungan Belajar:
Menurut Piramida Pembelajaran Edgar Dale (1946), pengajaran bergaya ceramah tradisional, di mana siswa memainkan peran pasif dalam menerima informasi, hanya berkontribusi 10-30% terhadap retensi memori dan mencapai tingkat pembelajaran C2 (pemahaman) dalam Taksonomi Bloom (direvisi). Kesadaran ini mendorong tim Pendidikan Bencana untuk secara kolaboratif mendefinisikan tujuan pembelajaran untuk setiap Kursus Kebencanaan dan mengembangkan strategi yang selaras dengan tujuan tersebut. Dengan mengadakan lokakarya pra-kursus di awal semester, tim pendidikan kebencanaan dapat meningkatkan konten pembelajaran dan menetapkan metodologi pengajaran yang lebih baik. Dalam lokakarya ini, tujuan pembelajaran ditetapkan, metode pengajaran yang tepat dipilih, dan cetak biru untuk penilaian dirancang.
Peningkatan yang Berkesinambungan:
Pencapaian tujuan pembelajaran menjadi indikator keberhasilan dan memotivasi Fakultas Kedokteran Universitas Ahmad Dahlan untuk terus mengeksplorasi pendekatan terbaik dalam menyampaikan materi pendidikan kebencanaan. Upaya peningkatan kurikulum pendidikan kebencanaan telah direncanakan dan dilaksanakan, meliputi tahap persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pada tahap persiapan, modul pendidikan kebencanaan telah dikembangkan sebagai panduan untuk semua dosen yang terlibat dalam Mata Kuliah Kebencanaan. Kerja sama dengan organisasi eksternal yang terlibat dalam penanggulangan bencana, seperti Dinas Kesehatan Provinsi DIY, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC), rumah sakit, dan dosen internal Fakultas Kedokteran, juga dilakukan. Sesi pelatihan dilakukan untuk meningkatkan kemampuan mengajar dan kemampuan penilaian para dosen.
Pemantauan dan Evaluasi:
Selama tahap implementasi, pemantauan terus menerus dan komunikasi yang efektif antara departemen akademik dan para dosen yang terlibat dalam Mata Kuliah Kebencanaan dipertahankan. Hal ini memastikan kelancaran pelaksanaan kursus dan memfasilitasi dukungan dan bimbingan yang tepat waktu. Tahap evaluasi difokuskan pada penilaian pencapaian tujuan pembelajaran dan proses belajar-mengajar dalam Mata Kuliah Kebencanaan.
Kesimpulan:
Meningkatkan metode pembelajaran dalam Kursus Bencana sangat penting untuk mendorong keterlibatan siswa secara aktif dan meningkatkan efektivitas pengajaran di kelas besar. Pergeseran ke arah pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa dan menggabungkan berbagai metode pembelajaran aktif dapat meningkatkan retensi dan pemahaman siswa. Temuan dari penelitian ini memberikan wawasan yang berharga bagi institusi pendidikan untuk menyempurnakan program pendidikan bencana mereka dan menumbuhkan lingkungan belajar yang lebih partisipatif dan menarik. Dengan terus menilai dan meningkatkan metode pembelajaran dalam Mata Kuliah Kebencanaan, para pendidik dapat membekali para siswa dengan lebih baik untuk merespons bencana secara efektif dan berkontribusi dalam membangun masyarakat yang tangguh.