Cara Milenial untuk Menangkal COVID-19
Pandemi COVID-19 saat ini masih menjadi musuh terbesar yang harus diperangi semua pihak. Jumlah pasien positif COVID-19 yang terus meningkat menjadi fakta memilukan yang harus segera ditindaklanjuti. Sebagai respons atas situasi ini, sejumlah mahasiswa Hubungan Internasional President University mengadakan sebuah webinar berjudul “The Millennial Way in Tackling the Challenges of COVID-19”. Webinar ini menghadirkan berbagai ahli untuk memberikan pemaparan yang akurat mengenai isu ini Mereka adalah Dokter spesialis Pulmonologi dan Respiratori, dr. Nina Aspasi Harli Siregar, Sp.P., dan Tenaga Ahli dari MPR RI sekaligus pendiri Institute for Border Studies Millennial Think Tank, Harsen Roy Tampomuri.
“Sebagai mahasiswa, kami ingin menggunakan pengetahuan dan sumber daya yang ada dalam genggaman kami untuk mengedukasi, menginspirasi, dan yang terpenting menyatukan masyarakat untuk tidak putus harapan dan bersama melawan COVID-19,” ujar Matthew Tarigan, ketua pelaksana acara. Degan menyasar anak muda dalam webinar ini, Matthew mengungkapkan, “Kami sepenuhnya percaya bahwa anak muda memiliki pengaruh yang sangat besar, yang jika digunakan dengan bijak dapat membawa perubahan dan harapan bagi Indonesia di masa sulit ini.”
Dalam sesinya, dr. Nina mengungkapkan bahwa anak muda dengan mobilitas yang tinggi cenderung menjadi “asymptomatic carrier”, artinya karier virus yang tidak menunjukkan gejala. Untuk itu, anak muda memiliki kewajiban untuk menjaga kaum-kaum yang rentan terhadap virus ini, seperti misalnya orang tua dan anak-anak. “Karena kita berpotensi menjadi pembawa virus, kita harus menjaga kesehatan diri serta mempraktekkan perilaku hidup sehat agar keluarga dan orang-orang di sekitar kita aman,” ujarnya. Sebagai kaum yang akrab dengan internet, juga cenderung lebih aktif dan mudah mendapatkan informasi akurat melalui situs-situs terpercaya, kita wajib mengedukasi dan menjadi myth-buster, atau penangkal hoax dan infomasi-informasi yang tidak jelas asalnya.
Senada dengan dr. Nina, Harsen menyebutkan bahwa anak muda memainkan peranan penting dalam menghadapi tantangan-tanganan selama pandemi. Anak muda memiliki kemampuan untuk menjadi jembatan antar generasi sehingga gap antar generasi itu samar. “Di sini, anak muda bisa membantu generasi-generasi yang lebih tua atau kaum inklusif untuk mendapatkan informasi yang tepat mengenai COVID-19,” ujarnya. Selain itu, dengan memanfaatkan teknologi, anak muda juga dapat membuat lebih banyak bisnis kreatif yang memungkinkan pekerjanya bekerja dari rumah sehingga di tengah pandemi tetap produktif.
Webinar ini merupakan bagian dari proyek mata kuliah Statespersonship di mana mahasiswa mengadakan kegiatan sosial setelah menyelesaikan empat kelas utama dalam mata kuliah tersebut, yaitu Pancasila, Bahasa Indonesia, Agama, dan Pendidikan Kewarganegaraan. (SL)